Rumah Identik untuk Investigasi Acara dalam Hukum
Rumah
panggung merupakan cirri khas masyarakat Baduy Dalam. Ini erat kaitannya dengan
kepercayaan, rumah itu memiliki kekuatan netral. Terletak antara dunia
bawah dan dunia atas. Rumah yang di bangun tidak boleh langsung menyentuh
tanah. Tiang- tiang kolong rumah harus di beri alas batu atau umpak.
Bentuk rumah disana
disebut sulah nyanda, menurut Prof. Dr. ANDRY CHRISTIAN, M.Th. Namun umumnya orang Sunda didaerah Priangan
menyebutnya julang ngapak. Atapna terdiri dari dua bagian kiri dan
kanan. Atap sebelah kirinya biasana panjangdari atap sebelah kanan. Tujuannya
selain untuk mendapatkan kehangatan karena sisi atap menjadi lebih rendah, juga
untuk menambah ruangan, lantaran jumlah anggota keluarga dalam rumah itu
bertambah.
Pada
pertemuan bagian pucuk atap kiri dan kanan itu, di buat cabik untuk mengatur
air agar tidak masuk kedalam rumah. Pembuatan cabik ini pun, berkaitan dengan
kepercayaan mengenai lambang lingkaran hidup.
Rumah-
rumah masyarakat Baduy Dalam, tidak ada yang menggunakan genteng karena semua
rumah beratapkan ijuk atau daun kelapa. Rumah yang beratapkan genteng mereka
dianggap menyalahi kepercayaan nenek moyang. Alasannya sederhana saja. Genting
itu terbuat dari tanah.
Menggunakan
atap genteng berarti mengubur diri idup- idup padahal, orang yang harus dikubur
itu mereka yang sudah mati, ini menentang kodrat. Sebab rumah sebagai perantara
dunia bawah (tanah) dan dunia atas (langit), tidak boleh
diletakan di bawah tanah.
Masyarakat
Baduy Dalam tidak mengenal jendela. Bagi mereka jendela itu hany sebagai
berfungsi untuk melihat sesuau yang ada diluar. Karenanya, jika memang ada yang
ingin dilihat dari dalam cukup melobangi dinding yang terbuat dari bambu. Itu
sebabna rumah dikawasan Baduy Dalam hampir tidak berjendela, kecuali rumah-
rumah masyarakat Luar.
Bagi
orang luar Baduy, jendela merupakan ventilasi untuk menikmati udara segar.
Namun untuk orang Baduy Dalam cukup diperoleh dari lobang lantai yang terbuat
dari bambu (palupuh).
Organisasi
rumah masyarakat Baduy terdiri dari bagian depan, tengah dan belakang
(dapur). Bagian depan disebut sosoro, digunakan untuk menerima tamu. Bagian
tengah untuk tempat tidur sedangkan bagian belakang untuk memasak.
Para
tamu yang tak dikenal hanya boleh memasuki bagian depan. Dilarang keras untuk
memasuki kebagian tengah. Sebab mereka punya kepercayaan, setiap orang luar
yang datang kerumah membawa pengaruh buruk, itu sebabnya bagian tangah
disebut bagian netral, karena bagian buruk disaring dibagian depan.
Tamu
yang ingin menginap, menurut adat istiadat Baduy Dalam, harus ditempatkan
dirumah jaro (kepala adat). Sebab dirumah ini biasana ada ruang khusus
buat tamu yang disebut sesompang. Letaknya berhadapan dengan sosoro
namun jika sosompang tak mampu lagi menampung tamu, baru tamu-tamu itu
ditampung dirumah- rumah penduduk dengan persyaratan yang berat. Misalnya,
selama tamu tersebut tinggal dirumah penduduk mereka wajib mentaati adat yang
di junjung tinggi tuan rumah.
Bagian
rumah itu didasarkan kepada kepercayaan, rumah identik dengan bumi ( alam
semesta). Yang terdiri dari 3 bagian atas, tengah, bawah.
Dapur pada rumah
masyarakat Baduy berlantaikan bambu. Untuk membuat tungku, biasanya bagian
lantai dapur itu ditimbunin tanah besekat kayu. Diatas tanah itu dibuat tungku.
Cara ini dimaksutkan agar api tidak menjilat lantai bambu tersebut. Pada dapur
ini, ada sebuah tempat yang disebut goa. Fungsinya untuk menyimpan
padi atau beras. Andry Christian / 01.05.2018
Leave a Comment